Rabu, 20 Oktober 2010

ALLAH MENCIPTAKAN DARI YANG TIDAK ADA MENJADI ADA

Dalam suatu Paket Pendidikan Dasar-Dasar Iman Kristen yang pernah saya ikuti yang diselenggarakan oleh YLSA(Yayasan Lembaga Sabda) dalam Program Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA) ada sebuah pertanyaan demikian:

"Apakah pentingnya meyakini pengajaran bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu?"

Dengan dibekali 5w1h ( what, when, where, why, who, dan how ), manusia tidak saja memiliki segudang pertanyaan, namun memiliki rasa ingin tahu yang tidak terbatas. Meskipun pancainderanya terbatas memberi jawab atas rasa ingin tahunya yang tidak terbatas, namun alam pikir manusia berusaha mencari jawab untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Di sini manusia bertemu dengan logika. Sayangnya tidak semua logika manusia logic, karena logika ternyata masih dipengaruhi oleh pancaindera dan pengalaman masa lalu.

Pengalaman saya ketika masih kecil terhadap penginderaan matahari yang terbit di timur dan terbenam di barat menarik sebuah logika bahwa matahari berjalan dari timur ke barat. Fatalnya ketika logika yang tidak logic dengan sembrono digunakan menarik logika baru. Ketika logika saya mengatakan matahari berjalan dari timur menuju ke barat di siang hari, dan kenyataannya setiap hari demikian, timbul pertanyaan di benak saya "Saat kapan matahari balik ke timur untuk menunaikan tugasnya besok pagi?". Pertanyaan ini menuntut jawaban. Sayangnya, jawab yang digunakan untuk memuaskan pertanyaan tersebut memerlukan hipotasis. Inilah logika yang ada (lama) dipinjan untuk menarik logika baru guna memberi jawab atas pertanyaan yang terus menuntut jawab. Hipotesis itu begini : Jika hari ini matahari berjalan dari timur ke barat, dan besoknya diulangi seperti itu setiap hari, berarti matahari balik ke timur pada malam hari."

Contoh-contoh logika yang tidak logic di masyarakat lokal banyak kita jumpai seperti ketika terjadi gunung meletus, orang bertanya mengapa? Mereka berusaha menemukan jawab sesuai dengan keterbatasan mereka: "yang menunggu gunung sedang marah", begitu juga ketika sungai meluap: "yang menunggu sungai sedang marah". Akhirnya timbul istilah : yang menunggu gunung, yang menunggu sungai, yang menunggu hutan, yang menunggu laut,dll. Sedemikian sehingga berkembang orang percaya adanya dewa matahari, ada dewa api, dewa bayu (angin), dewa bulan, baal, dll.

Ketika alam pikiran manusia semakin modern dengan logika-logikanya melalui hipotesis teruji oleh sampling sebuah rancangan percobaan, alam pikiran itu terus mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada hentinya, dan alam pikiran itu juga yang terus berusaha mencari jawab untuk memuaskan ketidaktahuannya. Pertanyaan itu antara lain adalah: "Benarkah segala sesuatu itu ada permulaannya?". Pertanyaan ini timbul dari logika kita bahwa semua yang berada dalam dimensi ruang dan waktu memiliki permulaan (Refrensi DIK-R01b).

Kenyataan yang ada bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam dimensi ruang dan waktu ada bahan dasarnya. Kita ada di dunia ini karena ada bahan dasar, yang oleh sistem, membentuklah kita. Demikian juga makhluk hidup yang lain terbentuk oleh bahan dasar, yang oleh sistem, terbentuklah tumbuhan-tumbuhan sesuai dengan jenisnya, binatang sesuai dengan jenisnya. Benda-benda mati tersusun atas bahan dasar. Mobil, motor, pesawat, kereta bermula dari bahan dasar, yang oleh karena sistem pengapian di ruang bakar bisa bergerak. Secara material bahan dasar yang membentuk benda hidup maupun benda tak hidup adalah unsur-unsur kimia. Dan sistem telah menjaga proses dibentuknya unsur-unsur kimia ini menjadi manusia dan makhluk hidup yang lain secara (reproduksi) terus-menerus berkesinambungan.

Manusia bisa membuat sistem mobil bisa hidup bergerak, tapi manusia tidak mampu membuat sistem dimana mobil dapat bereproduksi.

Kita hidup di dunia ini menempati dimensi waktu, dari mulai proses terbentuknya orok, dilahirkan, hingga kini. Juga di dalam rentang waktu tersebut kita menempati dimensi ruang. Namun sebelum rentang waktu tersebut secara wujud kita belum ada, tetapi bahan dasar untuk membentuknya sudah ada, dan menempati dimensi ruang (hukum kekekalan massa). Saya menyimpan pertanyaan: "Apakah unsur-unsur kimia yang sekarang ini menyusun diri menjadi tubuh saya pada dimensi waktu sebelumnya masih murni berwujud unsur kimia belum pernah terpakai, atau jangan-jangan pernah tersusun oleh sitem membentuk makhluk purba?"

Louis Pasteur pernah terjebak dalam pencarian asal-usul makhluk hidup. Yang ia temukan hanyalah sesuatu yang sudah menjadi sistem, "makhluk berasal dari makhluk hidup." Omne ovum of vivo omne vivo of ovum.

Ketika kita terjebak oleh logika 'segala sesuatu ada permulaannya', yang ternyata disanggah oleh logika lain bahwa 'jika semua yang ada pernah ada permulaannya, maka ada waktu di mana semuanya tidak ada sama sekali'. Dan'Apa bila pada suatu waktu pernah tidak ada apa-apa sama sekali, maka tidak akan pernah ada apa-apa selamanya(tidak ada bahan dasarnya)', terus bagaimana dong? Biarlah logika bersoal jawab dengan logika, toh kenyataannya alam raya ada.

Jadi jika sebelumnya tidak ada apa-apa, tentu ada 'sesuatu' yang membuat yang tidak ada menjadi ada dong????? Sampai di sini banyak orang membuat jawab yang berbeda-beda atas pertanyaan 'sesuatu' tersebut. Dari sinilah timbulnya banyak illah-illah yang dibentuk dan disembah oleh banyak orang, yang sebenarnya merupakan hasil sebuah pemikiran manusia (sebuah ide).

Tetapi Yehova (yang oleh banyak orang diterjemahkan sebagai Allah) Dia bukan hasil pemikiran manusia, karena Dia yang lebih dulu memperkenalkan diriNya kepada manusia. "AKU ADA YANG AKU ADA" Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub". Allah yang menciptakan langit dan bumi. Dia ada.

Disinilah kita merasa penting meyakini pengajaran bahwa Allah adalah
Pencipta segala sesuatu. Dia bukan hasil pikiran manusia.

3 komentar:

  1. Terima kasih, anda menjawab pertanyaan orang orang yg menganut teori evolusi darwin. Jawaban yang pas sesuai Firman Tuhan. Amin

    BalasHapus
  2. TERIMA KASIH, Tambah pengetahuanku manteep buanget ditunggu karya berikutnya, gbu

    BalasHapus
  3. Tapi itulah liku2 manusia dgn pola pikirnya yg tidak berhikmat sudah tau Tuhan itu pencipta segala sesuatu, masih saja berpikir secara logika...jdnya bisa antikris...wkwkwk...

    BalasHapus